Banten – Ditjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag RI, Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Pusat dan Unicef Indonesia bekerja sama melaksanakan Training of Trainer Komunikasi Antar Pribadi untuk Tokoh Agama dan Imam Masjid, yang diikuti 30 peserta dari delapan provinsi, di Hotel Santika, Tangerang Selatan, Banten, 24-27 Oktober 2023.
Direktur Urusan Agama Islam dan Bimbingan Syariah (Urais Binsyar), Dr Adib MA mengatakan kerja sama ini akan terus ditingkatkan, seperti bedah buku yang pernah dilakukan. Kerja sama Unicef dan Direktorat Urais Binsyar untuk membangun konsep perlindungan anak, bukan sebatas bedah buku, tapi melibatkan tokoh agama untuk menyampaikan pesan-pesan perlindungan anak.
“Kita memberikan kesempatan seluasnya pada tokoh agama untuk berdakwah tentang perlindungan anak,” jelas Adib dalam sambutannya yang dihadiri unsur Unicef Indonesia.
Ia menyebutkan, antusiasme tokoh agama sangat tinggi untuk ikut kegiatan ini. Ada 600 peserta yang daftar. Namun karena terbatas ruang dan waktu, maka hanya dipilih 30 peserta. Saat seleksi, panitia mempertimbangkan kesetaraan gander, keaktifan, krearifitas dan ketokohan.
“Selamat pada yang terpilih,” ucapnya dalam acara yang dihadiri Kasubdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik, Dedi Slamet Riyadi dan Kasubdit Kemasjidan, Akmal Salim Ruhana.
Adib menegaskan rumah ibadah bukan hanya digunakan untuk ibadah, tetapi harus jadi pusat peradaban, terutama menjadikan masjid sebagai fasilitas publik yang ramah anak. Hal ini yang menjadi alasan Kemenag bekerjasama dengan Unicef karena sama-sama memiliki visi dan misi untuk memberikan perlindungan terbaik pada anak.
Menurutnya, Islam menempatkan pendidikan anak pada urutan sangat penting, sesuai pesan Alquran yang mengamanatkan pentingnya menjaga generasi agar kuat dan memiliki ketahanan sehingga mampu melanjutkan misi pembangunan negara.
Islam, kata direktur, agama yang perhatian pada anak dan pendidikan anak. Itu sebab ToT KIP ini penting bagi tokoh agama, agar dikomunikasikan pada masyarakat nantinya dan pesan yang disampaikan lebih efektif. Tokoh agama jangan hanya mampu memuliakan anak, tapi bisa mengkomunikasikan pada publik tentang perlindungan anak serta anti kekerasan.
“Terima kasih pada Unicef sudah bekerja sama dengan Kemenag. Peserta hari ini akan menjadi trainer di masyarakat untuk melatih tokoh agama, masyarakat, penyuluh agama, sehingga jangkauan informasi lebih luas,” ucapnya.
Dr Adib berharap kegiatan ToT KAP memberikan dampaknya luas pada publik, sehingga keberadaan masjid bisa ramah lingkungan, ramah anak serta ramah duafa.
Sementara Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Islam Kemenag RI, Prof Dr Phil Kamaruddin Amin MA mengatakan masalah Indonesia saat ini terkait dengan anak, kesehatan, dan generasi. Beberapa tahun ke depan, Indonesia akan memanen bonus demografi, yaitu penduduk yang usia produktif lebih dominan dibandingkan nonproduktif. 2045 Indonesia akan masuk fase Indonesia Emas.
“Kita bercita-cita ingin menjadi negara maju, modern, berpenghasilan tinggi. Itu cita kita, tapi untuk tercapai ini tergantung dengan persiapan kita saat ini,” jelasnya saat membuka acara.
Kamaruddin Amin menyebutkan, pelatihan ini sangat urgen, sebab Indonesia adalah negara religius, sehingga apa yang disampaikan oleh tokoh agama akan sangat efektif dan memberikan perubahan dalam masyarakat.
Ia mencotohkan, dahulu setelah terlibat tokoh agama dalam mengampanyekan keluarga berencana (KB), maka program BKKBN ini mulai efektif dijalankan.
Kamaruddin Amin menegaskan Indonesia sudah menghadapi tantangan besar, yaitu persoalan anak. Hal ini cukup krusial. Semuanya tentu berjuang untuk memanen generasi berkualitas, berpengetahuan luas, berkarakter bagus, cerdas dan terampil.
“Ini tugas kita untuk menyiapkan anak-anak sesuai harapan bangsa,” tegasnya.
Menurutnya, ilmu pembinaan karakter dan keterampilan tidak terbatas, maka tokoh agama perlu memainkan peran peting untuk terus membina generasi, seperti yang dilakukan Kemenag melalui program bimbingan calon pengantin (Catin). Supaya mereka siap dan tidak melahirkan generasi lemah, stunting dan lainnya.
Ia menyebutkan angka stunting di Indonesia mencapai 21%. Tahun depan harus turun hingga 14%. Jika anak-anak Indonesia mengalami stunting, akan sulit menciptakan generasi unggul.
Selain itu, kata Kamaruddin Amin, pentingnya memberikan perlindungan pada perempuan. Pernikahan dini masih tinggi di Indonesia, sebab masalah ekonomi, kurangnya edukasi dan minim informasi tentang bahaya nikah dini.
“Kita wajib siapkan generasi bermutu dan berkualitas. Dan harus khawatir meninggalkan generasi lemah. Sekali lagi, anak stunting masih menjadi tantangan bangsa Indonesia, termasuk pengaruh perceraian. Maka siapa pun yang menikah harus tahu menajeman keuangan, langkah membina keluarga sakinah, dan kemampuan mendidik anak,” jelas Kamaruddin Amin.
Unicef, kata Kamaruddin Amin, sangat relevan bermitra dengan Kemenag, sebab Kemenag sangat perhatian pada isu anak. Terima kasih pada Unicef. Kalau Unicef serius, jangan hanya 30 orang jumlah peserta dan ToT KAP. Tapi bisa diperluas dan ditingkatkan lagi. Mudah-mudahan semua elemen bangsa bisa berkotribusi untuk anak cucu dan masa depan Indonesia.(*)